Pembenahan Trans Sungai Perlancar Pembangunan Boven Digoel
Jakarta,tanahpapua.com- Pembenahan angkutan sungai melalui pengadaan kapal serta perbaikan sarana seperti dermaga rakyat mampu melancarkan aktivitas pembangunan hingga ke wilayah terisolasi di Kabupaten Boven Digoel, perbatasan RI-Papua Nugini.
“Perbaikan dan pembangunan dermaga rakyat di sepanjang Kali Digoel, Kali Mandobo, Kali Kou dan Kali Mapi berdampak positif bagi kelancaran penyaluran bahan pokok dan material bangunan yang memberi kemudahan bagi percepatan pembangunan di wilayah terpencil,” kata anggota DPRD Boven Digoel Lukas Ikwaron di Jakarta, Jumat.
Agenda pembenahan infrastruktur transportasi angkutan sungai, juga jalan darat yang membelah rimba belantara di Papua Selatan itu, menurut dia, baru berlangsung lima tahun terakhir (2005-2010) pada masa kepemimpinan Bupati Yusak Yaluwo periode pertama.
Khusus mengenai pembangunan infrastruktur jalan darat, ia menunjuk pada meningkatnya sepuluh kali lipat panjang jalan beraspal, dari hanya empat kilometer di Tanah Merah (ibu kota kabupaten) pada 2005 menjadi lebih dari 100 kilometer.
“Artinya, ada perubahan signifikan sejak Boven Digoel berdiri sendiri secara otonom, setelah lepas atau dimekarkan dari kabupaten induknya, Merauke, awal 2000. Salah satunya mengenai semakin cepatnya birokrasi pemerintahan melayani kepentingan publik di seluruh wilayah,” katanya.
Mengenai dampak positif kian lancarnya angkutan (darat dan sungai), Lukas Ikwaron mengatakan, harga-harga bahan kebutuhan pokok maupun bangunan menurun.
“Jika hingga 2005/2006 harga satu liter minyak bisa mencapai antara Rp20.000 hingga Rp30.000, kini hanya Rp7.000. Begitu pula semen yang pernah mencapai Rp125.000 sampai Rp200.000, sekarang berkisar antara Rp60.000 sampai Rp90.000,” ungkapnya.
Penyebab penurunan harga-harga bahan pokok dan bangunan itu, menurut dia, adalah frekuensi masuknya distribusi barang meningkat lebih dari sepuluh kali lipat.
“Dulu ada kalanya sebulan bahkan dua bulan sekali baru ada pasokan karena sulitnya angkutan sungai apalagi darat dari Merauke ke Tanah Merah. Sekarang, tiap minggu bisa tiga kali ada pasokan. Bahkan ada kalanya tiap hari,” ujar Lukas Ikwaron.
Kesejahteraan Meningkat
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan yang amat kentara, menurut Lukas Ikwaron, ialah meningkatnya angka peserta didik dan meningkatnya antusiasme rakyat menyekolahkan anaknya hingga ke jenjang SMA maupun perguruan tinggi.
“Angka persisnya memang sedang dalam penelitian, tetapi jika dibandingkan dengan 2005, ada peningkatan lebih dari 100 persen jumlah peserta didik di seluruh kabupaten. Begitu pula siswa yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi melonjak tiga kali lipat,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, banyak daerah terisolasi, dan sebelumnya selama berabad-abad tidak pernah tersentuh pembangunan, kini bisa memperoleh peradaban baru melalui pengadaan sekolah, Puskesmas, dan bangunan fisik peribadatan berupa gedung gereja sederhana.
Lukas Ikwaron juga mengatakan, rakyat di kawasan perbatasan RI-PNG ini kini sedang senang membangun.
“Akibatnya, lebih 22.000 WNI dari Boven Digoel yang sempat menyeberang ke PNG ketika terjadi dua kali pergolakan sejak 1984 lalu, kini berbondong-bondong kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Pendekatan yang dilakukan Pemkab Boven Digoel hanyalah menyentuh hati nurani mereka untuk membangun bangsa sendiri,” katanya.
Hal itu juga berlaku pada suku-suku yang terisolasi dan masuk kategori komunitas adat terpencil (KAT), yang sebagaimana diungkapkan Lukas Ikwaron masih banyak tinggal di situs ‘rumah tinggi’ atau ‘rumah di atas pohon’, dan di antaranya masih menjalankan ritual kultural berupa kanibalisme (memakan manusia).
“Mereka ini terus diberdayakan. Kini mulai banyak yang mau tinggal di rumah layak huni di permukiman yang dibangun secara gratis oleh Bupati Yusak Yaluwo, dan diajak untuk hidup lebih maju, dan beradab,” ujarnya.
Lima tahun terakhir, menurut dia, semua agenda pembangunan cukup berhasil, terutama karena ada kedekatan kultural antara warga KAT dengan Bupati Yusak Yaluwo.
“Soalnya, orang tua Yusak Yaluwo sebetulnya masih tergolong orang ‘rumah tinggi’. Jadi beliau disayangi para KAT dari berbagai pelosok, termasuk yang masih menjalankan ritual kanibalisme, sehingga mau mengikuti apa yang dikatakan Bupati untuk bersama-sama membangun menuju peradaban lebih baik,” kata Lukas Ikwaron.(berbagai sumber) via: tanahpapua.com
This entry was posted on Friday, June 7th, 2013 at 3:52 pm and is filed under Pembanguan. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. Both comments and pings are currently closed.
June 7th, 2013 at 3:52 pm
Mr WordPress says:Hi, this is a comment.
To delete a comment, just log in and view the post's comments. There you will have the option to edit or delete them.